BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pernahkah kita mencari tahu, mengapa ada anak yang bisa
duduk diam dan ada pula anak-anak yang tak pernah berhenti bergerak; ada anak
yang suka mendengarkan cerita tapi ada juga yang lebih suka membaca buku atau
melihat-lihat gambar. Selama ini, khususnya di sekolah formal, hal-hal semacam itu mungkin hanya dijadikan catatan, namun tak
membuahkan gagasan untuk menerapkan model belajar yang paling sesuai untuk setiap
anak yang berbeda tersebut.
Bagi para pendidik rumahan alias orang tua,
mengamati gaya anak-anak dalam beraktivitas tidaklah sulit. Namun tahukah kita
bahwa gaya setiap anak dalam beraktivitas adalah cerminan dari gaya belajar
mereka. Oleh karena itu, jika kita sudah bisa mendeteksi kecenderungan mereka
dalam beraktivitas, hal itu akan sangat membantu kita dalam memilih model
belajar paling tepat bagi mereka.
Gaya belajar setiap orang menjadi tiga:
Visual, Auditori, dan Kinestetik (Haptik). Mereka yang bergaya belajar visual
sangat peka dengan gambar dan sesuatu yang menarik indera penglihatan lainnya.
Oleh karena itu, anak-anak bertipe visual akan sangat terbantu belajarnya jika
kita banyak mempergunakan gambar atau video.
Adapun mereka yang bertipe auditori, akan
sangat tertarik dengan stimulasi yang memancing indra pendengaran: mungkin lagu
atau musik/irama. Suara mereka biasanya nyaring dan senang berceloteh. Oleh
karena itu, sangat baik bagi anak-anak auditori untuk memperoleh bantuan berupa
kaset berisi lagu atau kata-kata berirama, dongeng, dan alat-alat stimulasi
pendengaran lainnya.
Terakhir adalah gaya belajar kinestetik
(haptik). Anak-anak haptik sangat suka bergerak, dan cara mereka belajar memang
membutuhkan unsur gerak fisik. Mereka akan tersiksa jika dipaksa untuk duduk
diam saat belajar. Namun, gaya belajar yang satu ini memang masih sulit
diterima di sekolah formal yang pasti klasikal (terdiri atas banyak anak di
dalam kelas). Biasanya, guru yang tidak mengerti akan memberikan label “nakal”
atau “pengganggu” pada mereka.
B. Rumusan
Masalah
Dalam menyikapi berbagai macam mengenai gaya belajar, tentulah harus
ditambah dengan logika dan kebudayaan cara kerja kita, dan yang paling penting
dari semua diatas adalah suatu cara kerja otak kita yang mana dalam hal ini
kita sebut dengan modalitas belajar.
Secara singkat modalitas belajar adalah,
suatu cara bagaimana otak menyerap informasi yang masuk melalui panca indera
secara optimal. Modalitas belajar tersebut dapat dikarakteristik menjadi gaya
belajar Auditory, Visual, Reading dan Kinesthetic
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Gaya Belajar
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya adalah tingkah laku, gerak gerik dan sikap.
Sedangkan belajar adalah menuntut ilmu. Belajar dapat diartikan sebagai suatu
proses aktif untuk menuju satu arah tertentu yang dapat meningkatkan perbuatan,
kemampuan atau pengertian baru.
Berdasarkan rumusan tersebut, perubahan
dalam rumusan pengertian belajar tersebut dapat menyangkut semua aspek
kepribadian individu, yang di dalamnya menyangkut penguasaan, pemahaman, sikap,
nilai, motivasi, kebiasaan, minat, apresiasi dan sebagainya. Demikian juga
dengan pengalaman; ini berkenaan dengan segala bentuk membaca, melihat,
mendengar, merasakan, melakukan, menghayati, membayangkan, merencanakan,
melaksanakan, menilai, mencoba, menganalisis, dan sebagainya.
Menurut Nasution, gaya belajar adalah cara
yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau
informasi, cara mengingat, berfikir dan memecahkan soal.
Sedangkan menurut Adi W. Gunawan,
pengertian gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan
kegiatan berfikir, memproses dan mengerti suatu informasi.
Hasil riset menunjukkan bahwa murid yang
belajar dengan menggunakan gaya belajar yang dominan, saat mengerjakan tes,
akan mencapai nilai yamg jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar
dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka. Dengan demikian
siswa yang mempunyai keragaman gaya belajar yang variatif dan untuk diharapkan
akan dapat tercipta suasana belajar yang kondusif.
B. Macam-Macam Gaya Belajar
Kita tidak bisa
memaksakan seorang anak harus belajar dengan suasanan dan cara yang kita
inginkan karena masing masing anak memiliki tipe atau gaya belajar
sendiri-sendiri. Kemampuan anak dalam menangkap materi dan pelajaran tergantung
dari gaya belajarnya.
Banyak anak
menurun prestasi belajarnya disekolah karena dirumah anak dipaksa belajar tidak
sesuai dengan gayanya. Anak akan mudah menguasai materi pelajaran dengan
menggunakan cara belajar mereka masing-masing.
Gaya belajar
adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Terdapat tiga
jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam
memproses informasi (perceptual modality). Adapun Macam-macam Gaya Belajar adalah sebagai
berikut:
1.
VISUAL
(Visual Learners)
Gaya Belajar Visual (Visual
Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti
konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar
seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian
bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang
yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu
(informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua
memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang
cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog
secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti
anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau
ucapan.
Ciri-ciri gaya belajar
visual ini yaitu :
-
Cenderung melihat sikap, gerakan, dan
bibir guru yang sedang mengajar
-
Bukan pendengar yang baik saat
berkomunikasi
-
Saat mendapat petunjuk untuk melakukan
sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri
yang bertindak
-
Tak suka bicara didepan kelompok dan tak
suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
-
Kurang mampu mengingat informasi yang
diberikan secara lisan
-
Lebih suka peragaan daripada penjelasan
lisan
-
Dapat duduk tenang ditengah situasi yang
rebut dan ramai tanpa terganggu
Untuk mengatasi ragam ciri diatas,
ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan sehingga belajar tetap bisa
dilakukan dengan memberikan hasil yang menggembirakan. Salah satunya adalah
menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi
pelajaran. Perangkat grafis itu bisa berupa film, slide, gambar ilustrasi,
coretan-coretan, kartu bergambar, catatan dan kartu-krtu gambar berseri yang
bisa digunakan untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan.
2.
AUDITORI
(Auditory Learners )
Gaya belajar Auditori (Auditory
Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya.
Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran
sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus
mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu.
Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi
hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap
informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan
menulis ataupun membaca.
Ciri-ciri gaya belajar
Auditori yaitu :
-
Mampu mengingat dengan baik penjelasan
guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas
-
Pendengar ulung: anak mudah menguasai
materi iklan/ lagu di televise/ radio
-
Cenderung banyak omong
-
Tak suka membaca dan umumnya memang
bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru
saja dibacanya
-
Kurang cakap dalam mengerjakan tugas
mengarang/ menulis
-
Senang berdiskusi dan berkomunikasi
dengan orang lain
-
Kurang tertarik memperhatikan hal-hal
baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya
anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll
Ada beberapa pendekatan yang bisa
dilakukan untuk belajar apabila kita termasuk orang yang memiliki cirri-ciri
belajar seperti diatas. Pertama adalah menggunakan tape perekam sebagai alat
bantu. Alat ini digunakan untuk merekam bacaan atau catatan yang dibacakan atau
ceramah pengajar di depan kelas untuk kemudian didengarkan kembali. Pendekatan
kedua yang bisa dilakukan adalah dengan wawancara atau terlibat dalam kelompok
diskusi. Sedangkan pendekatan ketiga adalah dengan mencoba membaca informasi,
kemudian diringkas dalam bentuk lisan dan direkam untuk kemudian didengarkan
dan dipahami. Langkah terakhir adalah dengan melakukan review secara verbal
dengan teman atau pengajar.
3.
KINESTETIK
(Kinesthetic Learners)
Gaya belajar Kinestetik
(Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh
sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu
saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang
bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat
penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya
saja, seseorang yang memiliki gaya ini
bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
Ciri-ciri
gaya belajar Kinestetik yaitu :
-
Menyentuh segala sesuatu yang
dijumapinya, termasuk saat belajar
-
Sulit berdiam diri atau duduk manis,
selalu ingin bergerak
-
Mengerjakan segala sesuatu yang
memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia
mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
-
Suka menggunakan objek nyata sebagai
alat bantu belajar
-
Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti
peta, symbol dan lambing
-
Menyukai praktek/ percobaan
-
Menyukai permainan dan aktivitas fisik
Untuk
orang-orang yang memiliki karakteristik seperti diatas, pendekatan belajar yang
mungkin bisa dilakukan adalah belajar berdasarkan atau melalui pengalaman
dengan menggunakan berbagai model atau peraga, bekerja di laboratorium atau
bermain sambil belajar. Cara lain yang juga bisa digunakan adalah secara tetap
membuat jeda di tengah waktu belajar. Tak jarang, orang yang cenderung memiliki
karakter ini juga akan lebih mudah
menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk
belajar mengucapkannya atau memahami fakta.
Penggunaan komputer bagi orang yang
memiliki karakter ini akan sangan membantu. Karena, dengan komputer ia bisa
terlibat aktif dalam melakukan touch,
sekaligus menyerap informasi dalam bentuk gambar dan tulisan. Selain itu, agar
belajar menjadi efektif dan berarti, orang dengan karakter di atas disarankan
untuk menguji memori ingatan dengan cara melihat langsung fakta di lapangan.
C.
Karakteristik
Gaya Belajar
Setiap orang adalah individu yang unik, masing-masing akan melihat
dunia dengan "cara"nya sendiri. Meskipun kita melihat satu kejadian
pada waktu yang bersamaan, tidak menjamin kita akan sama melaporkan apa yang
kita lihat. Hal ini karena setiap orang memiliki cara berfikir dan memahami
sesuatu yang berbeda-beda. Seorang peneliti bidang psikologi, Herman Witkin,
melalui studi risetnya mengemukakan 2 macam karakteristik gaya belajar yang
dimiliki seseorang, yaitu gaya belajar Global dan gaya belajar Analitik.
Memang pada kenyataannya tidak
semudah dalam mengelompokan gaya belajar seseorang seperti macam-maca gaya
belajar diatas, dan sebenarnya tidak ada orang yang 100% murni. Setiap orang
pasti memiliki kombinasi dari gaya belajar tersebut. Namun, biasanya seseorang
memiliki kecenderungan untuk lebih dominan pada satu kelompok.
1. Analitik
Orang yang berpikir secara Analitik
dalam memandang segala sesuatu cenderung lebih terperinci, spesifik,
terorganisasi, dan teratur. Namun kurang bisa memahami masalah secara
menyeluruh. Dalam mengerjakan tugas yang dibebankan, seorang Analitik akan
mengerjakan tugasnya secara teratur, dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Mereka memiliki kecenderungan untuk mengerjakan satu tugas dalam satu waktu,
dan belum akan mengerjakan tugas lain sebelum tugas pertamanya selesai.
Orang Analitik membutuhkan waktu
yang cukup untuk menyelesaikan tugasnya, karena mereka tidak ingin ada satu
bagian yang terlewat. Orang yang memiliki cara berpikir secara Analitik
seringkali memikirkan sesuatu berdasarkan logika. Selain itu mereka menilai
fakta-fakta yang terjadi melebihi perasaannya. Mereka dapat menemukan
fakta-fakta namun seringkali kurang mengetahui gagasan utamanya, sehingga
kadang mereka tidak mengerti maksud dan tujuannya dalam mengerjakan sesuatu.
Mereka sangat sulit belajar bila ada gangguan, karena biasanya pikirannya hanya
terfokus pada satu masalah saja. Untuk mengatasi keadaan ini, sebaiknya orang
yang memiliki cara berpikir secara Analitik belajar sendirian, baru bergabung
dengan temannya untuk bersosialisasi setelah selesai belajar.
Seorang yang Analitik dominan dapat
bekerja maksimal bila ada metode yang konsisten dan pasti dalam mengerjakan
sesuatu, apalagi bila mereka bisa menciptakan sistem belajar sendiri. Untuk itu
jadwal harian sangat membantu seorang yang Analitik merasakan adanya struktur
dan hal-hal yang bisa diramalkan, sehingga mereka dapat menentukan dan memenuhi
sasaran-sasaran yang jelas.
2. Global
Orang
yang berpikir secara Global cenderung melihat segala sesuatu secara menyeluruh,
dengan gambaran yang besar, namun demikian mereka dapat melihat hubungan antar
satu bagian dengan bagian yang lain. Orang yang Global juga dapat melihat
hal-hal yang tersirat, serta menjelaskan permasalahan dengan kata-katanya
sendiri. Mereka dapat melihat adanya banyak pilihan dalam mengerjakan tugas dan
dapat mengerjakan beberapa tugas sekaligus.
Orang
yang berpikir secara Global dapat bekerjasama dengan orang lain, peka terhadap
perasaan orang lain dan fleksibel. Mereka senang bekerja keras untuk
menyenangkan orang lain. Senang memberi dan menerima pujian, bahkan mereka
cenderung memerlukan lebih banyak dorongan semangat dalam memulai mengerjakan
sesuatu. Mereka dapat menerima kritikan secara pribadi. Mereka akan mengalami
kesulitan bila harus menjelaskan sesuatu setahap demi setahap. Orang yang
memiliki cara berpikir secara Global dominan biasanya kurang memiliki kerapian,
walau sebenarnya mereka memiliki keinginan besar untuk merapikannya, namun
seringkali keinginannya kurang terlaksana. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya
mereka belajar untuk menyederhanakan sistemnya.
Pikiran
orang yang Global dominan tidak pernah bisa terfokus pada satu masalah,
pikirannya dapat pergi ke banyak arah sepanjang waktu. Apabila orang Global
mengerjakan satu tugas, lalu ada tugas baru yang muncul, maka mereka akan mulai
mengerjakan tugas kedua, meskipun tugas pertamanya belum selesai. Untuk
mengatasi keadaan ini sebaiknya mereka bekerja sama dengan orang lain, dengan
janji saling menolong dalam menyelesaikan tugas sebelum mengerjakan yang lain.
Mereka akan mudah berkonsentrasi bila ada seseorang yang bekerja bersamanya.
Penundaan merupakan godaan nyata bagi orang Global, mereka membutuhkan dorongan
semangat untuk memulai tugas mereka.
D.
Penerapan
Gaya Belajar dalam Pembelajaran
Kemampuan seseorang untuk memahami
dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang
dan ada pula yang sangat lambat. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh
cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.
Sebagian siswa lebih suka guru mereka
mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papan tulis. Dengan begitu mereka
bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Tapi, sebagian siswa lain
lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan dan
mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sementara itu, ada siswa yang lebih
suka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut
pelajaran tersebut.
Cara lain yang juga kerap disukai
banyak siswa adalah model belajar yang menempatkan guru tak ubahnya seorang
penceramah. Guru diharapkan bercerita panjang lebar tentang beragam teori
dengan segudang ilustrasinya, sementara para siswa mendengarkan sambil
menggambarkan isi ceramah itu dalam bentuk yang hanya mereka pahami sendiri.
Apa pun cara yang dipilih,
perbedaaan gaya belajar itu menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagia setiap
individu bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Karenanya, jika kita
bisa memahami bagaimana perbedaan gaya belajar setiap orang itu, mungkin akan
lebih mudah bagi kita jika suatu ketika, misalnya, kita harus memandu seseorang
untuk mendapatkan gaya belajar yang tepat dan memberikan hasil yang maksimal
bagi dirinya.
Tentu saja, sebelum kita sendiri
mengajarkannya pada orang lain, langkah terbaik adalah mengenali gaya belajar
kita sendiri. Pertimbangan ini yang seringkali kita lupakan. Dengan kata lain,
kita sendiri harus merasakan pengalaman mendapatkan gaya belajar yang tepat
bagi diri sendiri, sebelum menularkannya pada orang lain. Ada banyak alasan dan
keuntungan yang bisa kita dapatkan bila kita mampu memahami ragam gaya belajar,
termasuk gaya kita sendiri.
Kalangan tua, biasanya menyerap banyak pengetahuan
tentang gaya belajar, berdasarkan pengalaman yang telah mereka lewati.
Misalnya, mereka pernah bekerja, menjalani latihan militer, mendidik dan
membimbing anak, dan sebagainya. Rangkaian pengalaman yang mereka lewati itu,
sesungguhnya, adalah bagian dari cara mereka mendapatkan pelajaran berarti yang
mungkin bisa kita serap untuk melihat seperti apa sebetulnya gaya belajar yang
tepat bagi kita. Apa pun gaya yang akan kita pilih dan ikuti, hal terpenting
yang tak boleh dilupakan: lakukan apa yang memang akan bermanfaat bagi Anda!
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ada
beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk belajar bila kita termasuk orang yang
memiliki Karakter belajar seperti di atas. Pertama adalah menggunakan tape
perekam sebagai alat bantu. Alat ini digunakan untuk merekam bacaan atau
catatan yang dibacakan atau ceramah pengajar di depan kelas untuk kemudian
didengarkan kembali. Pendekatan kedua yang bisa dilakukan adalah dengan
wawancara atau terlibat dalam kelompok diskusi.
Sedang
pendekatan ketiga adalah dengan mencoba membaca informasi, kemudian diringkas
dalam bentuk lisan dan direkam untuk kemudian didengarkan dan dipahami. Langkah
terakhir adalah dengan melakukan review secara verbal dengan teman atau
pengajar.
Gaya
belajar lain yang juga unik adalah yang disebut Tactual Learners atau kita
harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar kita bisa
mengingatnya. Tentu saja, ada beberapa karekteristik model belajar seperti ini
yang tak semua orang bisa melakukannya. Pertama adalah menempatkan tangan
sebagai alat penerima informasi utama agar kita bisa terus mengingatnya. Kedua,
hanya dengan memegang kita bisa menyerap informasinya tanpa harus membaca
penjelasannya. Karakter ketiga adalah kita termasuk orang yang tidak bisa/tahan
duduk terlalu lama untuk mendengarkan pelajaran. Keempat, kita merasa bisa
belajar lebih baik bila disertai dengan kegiatan fisik. Karakter terakhir,
orang-orang yang memiliki gaya belajar ini memiliki kemampuan mengkoordinasikan
sebuah tim dan kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability).
Untuk
orang-orang yang memiliki karakteristik seperti di atas, pendekatan belajar
yang mungkin bisa dilakukan adalah belajar berdasarkan atau melalui pengalaman
dengan menggunakan berbagai model atau peraga, bekerja di laboratorium atau
bermain sambil belajar. Cara lain yang juga bisa digunakan adalah secara tetap
membuat jeda di tengah waktu belajar. Tak jarang, orang yang cenderung memiliki
karakter Tactual Learner juga akan lebih mudah menyerap dan memahami informasi
dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk belajar mengucapkannya atau
memahami fakta.
Penggunaan
komputer bagi orang-orang yang memiliki karakter Tactual Learner akan sangat
membantu. Karena, dengan komputer ia bisa terlibat aktif dalam melakukan touch,
sekaligus menyerap informasi dalam bentuk gambar dan tulisan. Selain itu, agar
belajar menjadi efektif dan berarti, orang-orang dengan karakter di atas
disarankan untuk menguji memori ingatan dengan cara melihat langsung fakta di
lapangan.
B.
Saran
Setiap orang memiliki gaya belajar
yang berbeda-beda, oleh karena itu kita sebagai calon guru harus pandai-pandai memahami
setiap perbedaan yang ada pada peserta didik. Memang tidak mudah, namun semua
itu dapat kita pelajari sedikit-demi sedikit. Jika kita dapat memahami setiap
perbedaan yang ada, kita tinggal menerapkan metode belajar sesuai karakteristik
mereka. Agar lebih mudah kita dapat mengelompokan peserta didik yang memiliki
karakteristik yang hamper sama. Jika kita dapat enerapkan hal itu, kemungkinan
besar keberhasilan pengajaran akan tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Gunawan, Genius Lesrning Strategy Petunjuk Proses Mengajar, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2004
Nasution, Berbagai Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2009
Ws. Wingkel, Psikologi Pengajaran,
(Jakarta: PT. Grasindo, 2004).
Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.Pd. 2008.
Gaya Belajar di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.
Dr. Wiyanto, M.Si. 2008. Gaya Belajar di
Laboratorium, Semarang: UNNES Press.
Ghani, A.R.A., Hari, S., & Suyanto.
(Ed). (2006). Evaluasi pendidikan: Konsep dan aplikasi. Jakarta: UHAMKA
Press.(Ippank)
0 komentar:
Posting Komentar